20 January 2008

belajar MARAH

Sesaat marmotji ternganga..bukan karena melihat ujung paha mulus tersingkap..tapi sejenis itu barangkali.
Melihat upaya memancing sahwat diumbar sekenanya...

melihat derik pintu besar diayun-ayun, ditarik-tarik, lontaran kata-kata tak sopan terpapar begitu kencang menerpa telinga...

air liur menetes pun tak terasa, mendengar betapa alasan kemarahan itu hanyalah sebuah isu krisis energi...

mengapa harus marah ? mengapa harus gedor-gedor, dan mengapa pula harus merasa terpengaruh.
Ndak bisa beli, ya udah, ndak usah beli, kog merepotkan diri banget sih...bukan sok acuh seh, tapi ini kepasrahan yang diperlukan.

Marahlah pada kesendirian aja...

kenapa tidak jengah pada kebodohan diri sendiri, sehingga marah membabi-buta belajar kesana-kemari ?

kenapa tidak sebel pada ketidakmampuan diri sendiri mencari pemecahan masalah yang mendadak timbul di depan ?

kenapa juga harus marah pada orang lain yang mengumbar aurat di depan diri, sementara ternyata aurat tubuh sendiri sudah terpasang tinggi di baliho, di banyak pinggiran jalan ?

Belajar Marahlah pada diri sendiri
Lecutlah diri sendiri untuk mampu kalah..
Jangan pernah mengalah pada diri sendiri...
Masa depan sendiri bukan masa depan sekumpulan manusia marah...
Belajarlah marah...Marahlah pada belajar...sudahkah benar caranya.
Sehingga tahu kapan marahnya..bukan asal marah-marah pada hasilnya..

Disaat marah, aurat terpampang...
caci-maki aurat terpajang...
Disaat marah, pajangan aurat harganya mahal tapi nista...

Belajarlah Marah yang Benar ! marah tak pernah jadi haq !

Mata merah saat marah, tanda nyalang kepengecutan
Napas ngos-ngosan menahan marah, sebenarnya hanya luapan ketakutan tak bisa marah lagi.

Marah pada apa pun, tak berarti apa-apa, kecuali memang sudah tak berharga

Marah adalah puncak kepasrahan yang tetap tegak di tempat berdiri
tapi marah bukanlah sebuah peperangan
cuman sekadar letupan magma dipermukaan pantat

Maka marahlah... jika marah ada sebuah sentakan
tapi marahlah..bila ternyata tak bisa menghentak kebenaran jadi kebenaran

Malulah jika tak bisa marah.. dan belajarlah jadi marah...
tanpa marah, tak ada pembelajaran yang berhasil
Hanya marah yang belajar-lah, yang bakal dapat hasilnya.

maka, marahlah...dengan benar. Sesaat marmotji ternganga..bukan karena melihat ujung paha mulus tersingkap..tapi sejenis itu barangkali.
Melihat upaya memancing sahwat diumbar sekenanya...

melihat derik pintu besar diayun-ayun, ditarik-tarik, lontaran kata-kata tak sopan terpapar begitu kencang menerpa telinga...

air liur menetes pun tak terasa, mendengar betapa alasan kemarahan itu hanyalah sebuah isu krisis energi...

mengapa harus marah ? mengapa harus gedor-gedor, dan mengapa pula harus merasa terpengaruh.
Ndak bisa beli, ya udah, ndak usah beli, kog merepotkan diri banget sih...bukan sok acuh seh, tapi ini kepasrahan yang diperlukan.

Marahlah pada kesendirian aja...

kenapa tidak jengah pada kebodohan diri sendiri, sehingga marah membabi-buta belajar kesana-kemari ?

kenapa tidak sebel pada ketidakmampuan diri sendiri mencari pemecahan masalah yang mendadak timbul di depan ?

kenapa juga harus marah pada orang lain yang mengumbar aurat di depan diri, sementara ternyata aurat tubuh sendiri sudah terpasang tinggi di baliho, di banyak pinggiran jalan ?

Belajar Marahlah pada diri sendiri
Lecutlah diri sendiri untuk mampu kalah..
Jangan pernah mengalah pada diri sendiri...
Masa depan sendiri bukan masa depan sekumpulan manusia marah...
Belajarlah marah...Marahlah pada belajar...sudahkah benar caranya.
Sehingga tahu kapan marahnya..bukan asal marah-marah pada hasilnya..

Disaat marah, aurat terpampang...
caci-maki aurat terpajang...
Disaat marah, pajangan aurat harganya mahal tapi nista...

Belajarlah Marah yang Benar ! marah tak pernah jadi haq !

Mata merah saat marah, tanda nyalang kepengecutan
Napas ngos-ngosan menahan marah, sebenarnya hanya luapan ketakutan tak bisa marah lagi.

Marah pada apa pun, tak berarti apa-apa, kecuali memang sudah tak berharga

Marah adalah puncak kepasrahan yang tetap tegak di tempat berdiri
tapi marah bukanlah sebuah peperangan
cuman sekadar letupan magma dipermukaan pantat

Maka marahlah... jika marah ada sebuah sentakan
tapi marahlah..bila ternyata tak bisa menghentak kebenaran jadi kebenaran

Malulah jika tak bisa marah.. dan belajarlah jadi marah...
tanpa marah, tak ada pembelajaran yang berhasil
Hanya marah yang belajar-lah, yang bakal dapat hasilnya.

maka, marahlah...dengan benar. Sesaat marmotji ternganga..bukan karena melihat ujung paha mulus tersingkap..tapi sejenis itu barangkali.
Melihat upaya memancing sahwat diumbar sekenanya...

melihat derik pintu besar diayun-ayun, ditarik-tarik, lontaran kata-kata tak sopan terpapar begitu kencang menerpa telinga...

air liur menetes pun tak terasa, mendengar betapa alasan kemarahan itu hanyalah sebuah isu krisis energi...

mengapa harus marah ? mengapa harus gedor-gedor, dan mengapa pula harus merasa terpengaruh.
Ndak bisa beli, ya udah, ndak usah beli, kog merepotkan diri banget sih...bukan sok acuh seh, tapi ini kepasrahan yang diperlukan.

Marahlah pada kesendirian aja...

kenapa tidak jengah pada kebodohan diri sendiri, sehingga marah membabi-buta belajar kesana-kemari ?

kenapa tidak sebel pada ketidakmampuan diri sendiri mencari pemecahan masalah yang mendadak timbul di depan ?

kenapa juga harus marah pada orang lain yang mengumbar aurat di depan diri, sementara ternyata aurat tubuh sendiri sudah terpasang tinggi di baliho, di banyak pinggiran jalan ?

Belajar Marahlah pada diri sendiri
Lecutlah diri sendiri untuk mampu kalah..
Jangan pernah mengalah pada diri sendiri...
Masa depan sendiri bukan masa depan sekumpulan manusia marah...
Belajarlah marah...Marahlah pada belajar...sudahkah benar caranya.
Sehingga tahu kapan marahnya..bukan asal marah-marah pada hasilnya..

Disaat marah, aurat terpampang...
caci-maki aurat terpajang...
Disaat marah, pajangan aurat harganya mahal tapi nista...

Belajarlah Marah yang Benar ! marah tak pernah jadi haq !

Mata merah saat marah, tanda nyalang kepengecutan
Napas ngos-ngosan menahan marah, sebenarnya hanya luapan ketakutan tak bisa marah lagi.

Marah pada apa pun, tak berarti apa-apa, kecuali memang sudah tak berharga

Marah adalah puncak kepasrahan yang tetap tegak di tempat berdiri
tapi marah bukanlah sebuah peperangan
cuman sekadar letupan magma dipermukaan pantat

Maka marahlah... jika marah ada sebuah sentakan
tapi marahlah..bila ternyata tak bisa menghentak kebenaran jadi kebenaran

Malulah jika tak bisa marah.. dan belajarlah jadi marah...
tanpa marah, tak ada pembelajaran yang berhasil
Hanya marah yang belajar-lah, yang bakal dapat hasilnya.

maka, marahlah...dengan benar. Sesaat marmotji ternganga..bukan karena melihat ujung paha mulus tersingkap..tapi sejenis itu barangkali.
Melihat upaya memancing sahwat diumbar sekenanya...

melihat derik pintu besar diayun-ayun, ditarik-tarik, lontaran kata-kata tak sopan terpapar begitu kencang menerpa telinga...

air liur menetes pun tak terasa, mendengar betapa alasan kemarahan itu hanyalah sebuah isu krisis energi...

mengapa harus marah ? mengapa harus gedor-gedor, dan mengapa pula harus merasa terpengaruh.
Ndak bisa beli, ya udah, ndak usah beli, kog merepotkan diri banget sih...bukan sok acuh seh, tapi ini kepasrahan yang diperlukan.

Marahlah pada kesendirian aja...

kenapa tidak jengah pada kebodohan diri sendiri, sehingga marah membabi-buta belajar kesana-kemari ?

kenapa tidak sebel pada ketidakmampuan diri sendiri mencari pemecahan masalah yang mendadak timbul di depan ?

kenapa juga harus marah pada orang lain yang mengumbar aurat di depan diri, sementara ternyata aurat tubuh sendiri sudah terpasang tinggi di baliho, di banyak pinggiran jalan ?

Belajar Marahlah pada diri sendiri
Lecutlah diri sendiri untuk mampu kalah..
Jangan pernah mengalah pada diri sendiri...
Masa depan sendiri bukan masa depan sekumpulan manusia marah...
Belajarlah marah...Marahlah pada belajar...sudahkah benar caranya.
Sehingga tahu kapan marahnya..bukan asal marah-marah pada hasilnya..

Disaat marah, aurat terpampang...
caci-maki aurat terpajang...
Disaat marah, pajangan aurat harganya mahal tapi nista...

Belajarlah Marah yang Benar ! marah tak pernah jadi haq !

Mata merah saat marah, tanda nyalang kepengecutan
Napas ngos-ngosan menahan marah, sebenarnya hanya luapan ketakutan tak bisa marah lagi.

Marah pada apa pun, tak berarti apa-apa, kecuali memang sudah tak berharga

Marah adalah puncak kepasrahan yang tetap tegak di tempat berdiri
tapi marah bukanlah sebuah peperangan
cuman sekadar letupan magma dipermukaan pantat

Maka marahlah... jika marah ada sebuah sentakan
tapi marahlah..bila ternyata tak bisa menghentak kebenaran jadi kebenaran

Malulah jika tak bisa marah.. dan belajarlah jadi marah...
tanpa marah, tak ada pembelajaran yang berhasil
Hanya marah yang belajar-lah, yang bakal dapat hasilnya.

maka, marahlah...dengan benar. Sesaat marmotji ternganga..bukan karena melihat ujung paha mulus tersingkap..tapi sejenis itu barangkali.
Melihat upaya memancing sahwat diumbar sekenanya...

melihat derik pintu besar diayun-ayun, ditarik-tarik, lontaran kata-kata tak sopan terpapar begitu kencang menerpa telinga...

air liur menetes pun tak terasa, mendengar betapa alasan kemarahan itu hanyalah sebuah isu krisis energi...

mengapa harus marah ? mengapa harus gedor-gedor, dan mengapa pula harus merasa terpengaruh.
Ndak bisa beli, ya udah, ndak usah beli, kog merepotkan diri banget sih...bukan sok acuh seh, tapi ini kepasrahan yang diperlukan.

Marahlah pada kesendirian aja...

kenapa tidak jengah pada kebodohan diri sendiri, sehingga marah membabi-buta belajar kesana-kemari ?

kenapa tidak sebel pada ketidakmampuan diri sendiri mencari pemecahan masalah yang mendadak timbul di depan ?

kenapa juga harus marah pada orang lain yang mengumbar aurat di depan diri, sementara ternyata aurat tubuh sendiri sudah terpasang tinggi di baliho, di banyak pinggiran jalan ?

Belajar Marahlah pada diri sendiri
Lecutlah diri sendiri untuk mampu kalah..
Jangan pernah mengalah pada diri sendiri...
Masa depan sendiri bukan masa depan sekumpulan manusia marah...
Belajarlah marah...Marahlah pada belajar...sudahkah benar caranya.
Sehingga tahu kapan marahnya..bukan asal marah-marah pada hasilnya..

Disaat marah, aurat terpampang...
caci-maki aurat terpajang...
Disaat marah, pajangan aurat harganya mahal tapi nista...

Belajarlah Marah yang Benar ! marah tak pernah jadi haq !

Mata merah saat marah, tanda nyalang kepengecutan
Napas ngos-ngosan menahan marah, sebenarnya hanya luapan ketakutan tak bisa marah lagi.

Marah pada apa pun, tak berarti apa-apa, kecuali memang sudah tak berharga

Marah adalah puncak kepasrahan yang tetap tegak di tempat berdiri
tapi marah bukanlah sebuah peperangan
cuman sekadar letupan magma dipermukaan pantat

Maka marahlah... jika marah ada sebuah sentakan
tapi marahlah..bila ternyata tak bisa menghentak kebenaran jadi kebenaran

Malulah jika tak bisa marah.. dan belajarlah jadi marah...
tanpa marah, tak ada pembelajaran yang berhasil
Hanya marah yang belajar-lah, yang bakal dapat hasilnya.

maka, marahlah...dengan benar. Sesaat marmotji ternganga..bukan karena melihat ujung paha mulus tersingkap..tapi sejenis itu barangkali.
Melihat upaya memancing sahwat diumbar sekenanya...

melihat derik pintu besar diayun-ayun, ditarik-tarik, lontaran kata-kata tak sopan terpapar begitu kencang menerpa telinga...

air liur menetes pun tak terasa, mendengar betapa alasan kemarahan itu hanyalah sebuah isu krisis energi...

mengapa harus marah ? mengapa harus gedor-gedor, dan mengapa pula harus merasa terpengaruh.
Ndak bisa beli, ya udah, ndak usah beli, kog merepotkan diri banget sih...bukan sok acuh seh, tapi ini kepasrahan yang diperlukan.

Marahlah pada kesendirian aja...

kenapa tidak jengah pada kebodohan diri sendiri, sehingga marah membabi-buta belajar kesana-kemari ?

kenapa tidak sebel pada ketidakmampuan diri sendiri mencari pemecahan masalah yang mendadak timbul di depan ?

kenapa juga harus marah pada orang lain yang mengumbar aurat di depan diri, sementara ternyata aurat tubuh sendiri sudah terpasang tinggi di baliho, di banyak pinggiran jalan ?

Belajar Marahlah pada diri sendiri
Lecutlah diri sendiri untuk mampu kalah..
Jangan pernah mengalah pada diri sendiri...
Masa depan sendiri bukan masa depan sekumpulan manusia marah...
Belajarlah marah...Marahlah pada belajar...sudahkah benar caranya.
Sehingga tahu kapan marahnya..bukan asal marah-marah pada hasilnya..

Disaat marah, aurat terpampang...
caci-maki aurat terpajang...
Disaat marah, pajangan aurat harganya mahal tapi nista...

Belajarlah Marah yang Benar ! marah tak pernah jadi haq !

Mata merah saat marah, tanda nyalang kepengecutan
Napas ngos-ngosan menahan marah, sebenarnya hanya luapan ketakutan tak bisa marah lagi.

Marah pada apa pun, tak berarti apa-apa, kecuali memang sudah tak berharga

Marah adalah puncak kepasrahan yang tetap tegak di tempat berdiri
tapi marah bukanlah sebuah peperangan
cuman sekadar letupan magma dipermukaan pantat

Maka marahlah... jika marah ada sebuah sentakan
tapi marahlah..bila ternyata tak bisa menghentak kebenaran jadi kebenaran

Malulah jika tak bisa marah.. dan belajarlah jadi marah...
tanpa marah, tak ada pembelajaran yang berhasil
Hanya marah yang belajar-lah, yang bakal dapat hasilnya.

maka, marahlah...dengan benar.