20 August 2008

Klepto Sirosis

Anda pernah dengar sirosis, atau masih kurang yakin dengan informasi yang dimiliki tentangnya,
silakan googling saja dengan kata kunci=sirosis.

Awalnya memang dari dunia medis, bahwa penyakit sirosis ini menahun dan mengenai hati.

Bahkan di dunia medis Indonesia pun, telah disusun sebuah organisasi, PPHI, Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia, mengingat betapa besar ancaman penyakit terhadap organ satu ini.
Menariknya lagi, bahwa organ hati membawa peran yang sama pentingnya dengan organ tubuh lainnya.

Nah, hal ini bukan asal disambung-sambung atau otak-atik-gathuk, tetapi jika direnungkan dan dianalisa, rasanya penyakit klepto varian ini pun memiliki gejala yang sama, bahkan memiliki akibat yang mirip setelah mengidapnya.

Coba amati uraian secara etimologis, yang dicuplik dari www.panikon.com/phurba/alteng/k.html
------------------------------------------------------------------
Klepto - "Kleptomaniac." See "kleptomaniac."
Kleptocracy - "a Government Characterised by Greed and Corruption." From the Greek roots

"kleptein" = "to steal" and "krateo" = "to rule, hold sway"
Kleptolagnia - "Sexual Excitement from Theft." From the Greek roots "kleptein" = "to steal" and

"lagneia" = "coition, intercourse"
Kleptomania - "Pathologically Inclined to Steal." This is pseudo-Greek, from the words "klepto,"

meaning "to steal," and "mania," meaning "madness; enthusiasm or inspired frenzy." See "mania."
Kleptophobia - "An Irrational Fear of Stealing, Theives or Loss by Theft." Also spelled

"cleptophobia." From the Greek root "klepto" = "to steal" and the suffix "-phobia."
------------------------------------------------------------------
Lalu, bagaimana memahami rangkaian kleptosirosis, yang secara etimologis belum diakui tapi sudah jamak terjadi di negeri ini.

Jika membayangkan perilaku seorang pegawai baru, yang ingin menerima gaji sesuai keringat yang ia cucurkan.
Selalu diingat-ingat, bagaimana komitmennya ditanyakan, dikonfirmasikan dan didiskusikan beberapa kali saat melamar pekerjaan yang diidamkan.
Saat diterima, selalu diingatkan, aturan-aturan main, tuntutan dan tuntunan profesionalisme atau loyalitas agar selalu meletakkan kepentingan kelembagaan yang menerima dirinya.
Beberapa hari berjalan, setelah masa adaptasi mulai memudar, dan rekan sekerja perlahan mulai dapat berakrab ria, mulailah suasana bertanya-tanya, kenapa begitu serta mengapa begini.
Mulai ketidaksesuaian apa yang dijanjikan, apa yang dimintakan, apa yang terpenuhkan.

Nah, apalagi saat bertemu dengan penyimpangan yang menguntungkan kantong pribadi, semakin bingung. Teriming-iming ? mungkin tidak, tapi tak menampik sebaliknya.
Jika tertarik dengan iming-iming itu, tentu mulai dari yang terkecil, hingga mahir, lalu meningkat sampai jumlah yang sangat menggiurkan. Sebesar apa, tentu bergantung pada kemampuannya. Kalau perlu, kemahiran, ketrampilan, talenta hingga intelegensia dipaksa terasah simultan.
Terasa itu salah, jawabannya lagi-lagi bisa ya, bisa tidak.
Malah saking terasahnya, dapat menemukan argumentasi logis, mengapa terjadi atau kenapa dimungkinkan dengan nalar hukum atau aturan-aturan tertulis lainnya.
Bahkan, bisa saja secara akademis terhormat, mengutip data-data sahih statistik untuk dipamerkan, bahwa argumentasinya semata-mata benar tanpa cacat.
Akhirnya terkikislah rasa bersalah karena melakukan hal yang melawan tatakrama umum dan tatanan lainnya.
Coba saja ikuti, betapa rumit perundingan RI-Singapura tentang ekstradisi koruptor yang telah berlangsung nyaris 5 tahun. Bahkan hingga G2G, masih juga mengalami kendala.

Unsur waktu dari seorang pengutil kelas teri sampai bisa maksimum sangat relatif, bergantung beberapa hal, antara lain, besarnya kesempatan, besarnya komunitas, besar daya tawar bahkan besarnya sistem yang mampu direkrut, hingga alasan klasik seperti tidak ada kesempatan berkarir lebih baik atau malas.
Dan dengan cepat pula menular pada personal lain, karena faktor iming-iming.
Boleh saja dianggap akibat sistem kooptasi.

Sekali lagi harus dicerna, terasakah itu salah ? Jika tidak, maka tanda-tanda seperti sirosis sudah bisa dikenali.
Maka lengkap sudah, tengara stadium awal kleptosirosis sudah diidap.
Terhormatlah bangsa ini, penemuan besar abad ini, yang justru tumbuh-kembangnya di negeri tropis, ditemukan jenis penyakit yang dapat digolongkan penyakit multi-analisis-disiplin, baik medis, finansial, sistem sosial hingga psikologis klinis; KLEPTOSIROSIS.
Semoga sebentar lagi sudah dapat dinyatakan siapa penemu sejatinya. Kalau sampai akhir abad ini belum diketemukan, maka sah-sah saja saya menyatakan diri sebagai penemunya.

1 comment:

marmotji said...

kasihan.... komentar tidak nyambung... dan narsis.